Minggu, 04 Januari 2009

Ayo, Kita Makan, Nak!

Makan adalah “pelajaran” baru bagi si kecil yang mulai mengenal makanan padat. Dan ternyata, banyak “keterampilan” yang harus ia kuasai dalam proses belajar ini.

Sejak usia enam bulan, susu bukan lagi satu-satunya makanan yang akan dikonsumsi bayi Anda. Tapi, Anda tidak bisa begitu saja alias langsung memberikan makanan apapun padanya. Sebab, “pelajaran” makan si kecil haruslah berlangsung secara bertahap.

Kapan ia siap makan?

Kemampuan bayi untuk makan makanan padat memang tidak sama. Sekalipun demikian, para ahli sepakat, umumnya kesiapan bayi untuk makan makanan padat pertamanya berkisar antara usia 6–8 bulan.

Meski begitu, jangan mentang-mentang usia si kecil sudah 6 bulan, lalu Anda langsung bersemangat “menjejalnya” dengan seabrek makanan padat. Hanya karena khawatir ia ketinggalan teman-teman seusianya! Umumnya, otot mulut bayi belum dapat mengunyah dan menelan makanan padat sampai usia 4–6 bulan. Makanya, jangan heran kalau lidah si 6 bulan Anda malah “mendorong” makanannya ke luar mulut mungilnya. Lihat-lihat dulu kemampuannya. Bila tidak, bisa-bisa urusan makan ini malah jadi runyam! Kalau sudah begini, apa yang bisa Anda lakukan?

Yang pasti, ketika memperkenalkan makanan padat, sistem pencernaan si kecil harus benar-benar “matang”. Pokoknya, sudah siap tempur untuk memproses berbagai jenis makanan baru yang masuk. Kalaupun Anda terlalu dini memperkenalkan makanan padat, bayi Anda malah lebih mudah terkena reaksi alergi Jadi, tenang-tenang saja dulu.

Jangan coba-coba ambil jalan pintas!

Harus diakui, bukan hal yang mudah jika si kecil Anda susah banget belajar mengunyah dan menelan makanannya. Sekalipun kepentok di sana-sini, jangan lantas ambil jalan pintas dengan cara memberi makanan padatnya melalui botol.

Tahukah Anda, cara pemberian makanan seperti ini nggak aman-aman amat! Malahan, ini dapat meningkatkan risiko si kecil tersedak. Kok, begitu? Ketika Anda memberi makanan melalui botol (biasanya lubang dot akan diperbesar), makanan tadi akan langsung ditelannya. Jika ia belum pintar-pintar mengontrolnya, bukan tak mungkin ia langsung tersedak.

Bahkan, tak jarang, cara pemberian makanan ini justru menjadi salah satu penyebab anak “terlalu banyak” makan. Ia jadi cepat sekali menelan makanannya. Saking cepatnya, sekalipun perutnya sudah kenyang, sinyal yang bertugas memberitahu kalau dia sudah kenyang “tidak sempat” sampai ke otak. Akibatnya, dia minta tambah terus dan terus. Wah, jadi repot lagi.

Selain itu, pemberian makanan lewat botol tidak akan mengajari si kecil menggunakan rahangnya untuk mengunyah. Padahal, proses belajar mengunyah dan juga menelan kelak penting untuk kemampuan bicaranya dan pertumbuhan giginya.

Belajar tidak berhenti di mulut saja

Proses belajar makan si kecil memang tidak berhenti sebatas mulut mungilnya saja. Ia masih harus belajar disiplin melalui tatacara makan yang sudah terpola waktunya. Misalnya, ketika didudukkan di kursi makannya atau dipasangkan celemek makannya, ia sudah tahu kalau “upacara” makan sudah tiba. Atau, ketika mencium harumnya aroma makanan yang sedang Anda siapkan, ia harus sabar menunggu. Tampaknya sepele memang, namun semua itu merupakan rangkaian dalam proses belajarnya.

Juga, ia akan belajar bahwa aktivitas ini bisa mempererat hubungannya dengan Anda, bunda tercintanya. Misalnya, melalui kontak mata ketika Anda mengajaknya berbicara ketika mempersiapkan makanan atau duduk dihadapannya, ia tahu kalau Anda sangat menyayanginya dan memberikan perhatian penuh. Akan lebih baik lagi, bila Anda selalu tersenyum ketika menyuapinya. Ketenangan Anda dan cara Anda memperlakukannya sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar makan si kecil.

Kesabaran untuk tidak terburu-buru ketika menyuapi, kepekaan mengetahui kondisi anak, kreativitas dalam memilihkan menu, serta menciptakan suasana makan yang menyenangkan merupakan kunci utama kesuksesan Anda dalam memberi makan pada si kecil. Siapkah Anda untuk itu?

Retno Wahab Supriyadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar