Kamis, 08 Januari 2009

Adikku

Cerita dan Lagu Anak Islam

Selasa, 06 Januari 2009

Pilih baju terbaik untuk bayi Anda!

Jika ada pakaian yang tidak ingin kita berikan kepada si mungil nan imut, tentu baju itu pastilah rusak atau usang. Meski ribuan merek, model, dan warna baju bayi yang dijajakan di etalase toko pakaian, sebenarnya memilih baju buat buah hati tidak sulit, memenuhi kriteria baju untuk bayi anda adalah tantangan sesungguhnya.
Hindari membeli baju berbahan sintetis, seperti nylon dan polyester, bayi belum dapat mengkontrol aktifitasnya, sehingga seringkali mereka tetap saja berjingkrakan meski sudah kelelahan dan berurai keringat. Kedua bahan tadi tidak mudah menyerap keringat dan menimbulkan resiko gatal-gatal atau kulitnya kemerahan akibat iritasi.

Meski anda menyukai model baju tertentu, entah karena sedang trend atau memang sangat pantas untuknya, pertimbangkan untuk membeli baju yang cukup untuk membuatnya leluasa bergerak.
Mintalah nomor yang lebih besar. Selain tidak menghalangi kelincahan tubuhnya, pun masih dapat digunakan meski ukuran bayi anda sudah berkembang, ingatlah pertumbuhan bayi memiliki tingkat yang cukup pesat.

Lipatan tubuhnya merupakan tempat yang memiliki banyak endapan keringat yang seringkali tidak terseka, sehingga iritasi kulit senantiasa hadir. Oleh karena itu, lupakan baju yang sempit di bagian leher, ketiak, lengan, perut, dan selangkangannya.

Sebgaimana diungkapkan di awal, bahwa bayi belum dapat mengkontrol diri, maka sebagai orangtua sudah menjadi konsekuensi untuk menghindari mereka dari bahaya.

Baju dengan banyak aksesori, seperti bertali-tali, pita, atau payet, memiliki resiko tinggi membuat bayi terjerat atau tercekik, serta kemungkinan celaka lainnya. Terutama karena alat pengenal paling dapat dipercaya bayi ialah mulutnya, maka ia akan memasukan semua benda asing kedalam mulutnya.

Demi menjaga higienitas lebih baik anda tidak membeli baju yang memliki kancing logam (besi). Sebab, besi dapat berkarat, dan kala bayi mulai meraba dan memasukan tangan, maka karat pun terbawa.

Bayi memiliki kecenderungan untuk tengkurap, maka perhatikan jika baju berkancing besar di bagian depan. Karena saat si kecil tengkurap, kancing tersebut akan menyakiti tubuhnya.

Pun celana panjang yang kebesaran. Saat bayi belajar berjalan, maka celana yang kebesaran akan dapat membuatnya tersandung celananya sendiri dan jatuh tersungkur.

Sekarang, anda tentu lebih leluasa dan tenang membeli pakaian bayi, terlebih setelah mengetahui beberapa resiko yang dapat anda hindari dari kerugian fashion bayi anda. IndoFamilyWomen/nl

Salwa belajar Basa Sunda ditungguin Arin..

Minggu, 04 Januari 2009

Arin belajar duduk...

Kita Main Yuk, Nak.... !

Tak hanya rasa gembira yang dirasakan si kecil dalam permainan interaktif . Tapi ia juga bisa belajar banyak tentang dirinya, Anda dan lingkungan sekitarnya.

Memang, tak ada yang lebih menyenangkan daripada bermain dengan buah hati tercinta. Apalagi, kegiatan ini bisa pula memperkuat rasa cinta dan kedekatan dengan Anda, ‘guru’ pertamanya. Tapi perlu diingat bahwa ketertarikan dan rentang perhatian ‘murid kecil’ Anda ini berbeda-beda atau terhadap suatu permainan . Jadi, pemberian stimulasi lewat permainan ini sebaiknya tidak berlebihan.

Marsha Gerdes, Ph.D , psikolog yang juga dokter anak di The Children’s Hospital of Philadelphia, Amerika Serikat, menyarankan agar orang tua cermat memperhatikan ekspresi atau sikap tubuh sang anak saat bermain. Jadi, segeralah berhenti bermain dan beristirahat begitu si kecil memalingkan muka, mengalihkan pandangan matanya, atau rewel.

Selain itu, pilihan permainan dapat dilakukan berdasarkan perkembangan keterampilan, sesuai umurnya. Keterampilan apa saja?

Tingkatkan keterampilan motorik kasarnya

Permainan berikut dapat meningkatkan kemampuan si kecil dalam menggunakan otot-otot besar pada tangan, kaki, dan tubuh.

* Bayi baru lahir - 3 bulan: Main kaki dan tangan

Cara: Telentang kan bayi di atas alas yang rata. Sambil menyanyikan lagu favoritnya, tekuk kakinya perlahan-lahan, lalu luruskan kembali. Lakukan beberapa kali. Setelah itu, pegang tangannya, dan gerakkan turun naik perlahan-lahan. Ulangi permainan dalam posisi tidur menyamping atau tengkurap.

Manfaat: Membuat bayi sadar akan tubuhnya. Pada awal kehidupannya, bayi tidak dapat membedakan antara tubuhnya dan tubuh Anda. Seiring dengan irama lagu yang Anda nyanyikan, Anda juga dapat membantunya melakukan koordinasi gerakan-gerakan yang sederhana.

* Usia 4-7 bulan: Ayo, ambil bolanya!

Cara: Letakkan bola plastik kecil di atas gelas kertas dengan posisi di luar jangkauan si kecil. Lalu, tunjukkan bagaimana cara mengambil dan menjatuhkannya. Bila perlu, geser bola hingga dekat dengannya.

Manfaat: Membantunya mengembangkan kemampuan koordinasi tangan, mata dan kakinya. Selain itu, aksi meraih sesuatu akan memberi pemahaman pada si kecil kalau ia dapat menggerakkan tubuhnya maju. Dengan begini, ia akan ‘bersemangat” untuk merangkak kelak.

* Usia 8-12 bulan: Mana mainanku?

Cara: Bayi-bayi usia ini biasanya sudah mulai merangkak. Jadi, mengapa Anda tidak bergabung saja dengannya? Sebelumnya, tunjukkan padanya Anda menyembunyikan mainan berbunyi di bawah selembar selimut yang dihamparkan di depannya. Lalu, katakan, “Yuk, cari sama-sama!” Merangkaklah di belakangnya (seolah-olah sedang mengejarnya), dan bantu dia menemukan mainannya.

Manfaat: Selain melatih koordinasi dan kekuatan otot-ototnya, permainan ini juga melatih daya ingatnya.

Meningkatkan keterampilan motorik halus

Dengan beberapa permainan ini, bayi dapat melatih keterampilan dan koordinasi otot-otot halusnya. Misalnya, otot-otot jari tangan, jari kaki, pergelangan tangan, bibir, dan lidah.

* 0 – 3 bulan: Hai, kamu menangkapku

Cara: Gelitik telapak tangan si kecil dengan jari tangan Anda. Saat dia menangkap jari tangan Anda, goyangkan saja sambil berkata, “Kamu telah menangkapku!” Biar seru, gerakkan jari tangan Anda ‘keluar masuk’ genggaman tangannya.

Manfaat: Selain melatih otot-ototnya, upaya si kecil untuk menggenggam jari tangan Anda memberikan keasyikan tersendiri.

* Usia 4-7 bulan: Tekan pipiku

Cara: Pangku si kecil menghadap Anda (bila perlu, sangga punggungnya). Kembungkan pipi Anda, lalu kempiskan dengan jari telunjuk Anda sambil mengatakan, “Puh.” Ulangi gerakan agar si kecil meniru hal yang sama dengan pipi Anda. Tunjukkan pula padanya kalau ia menekan hidung Anda, Anda akan bersuara, “Beep-beep.” Jika ia menarik kuping Anda, Anda akan menjulurkan lidah.

Manfaat: Permainan ini akan mengembangkan koordinasi tangan dan matanya. Selain itu, ia juga belajar kalau tangannya bisa jadi ‘alat’ untuk menyebabkan terjadinya sesuatu.

* Usia 8-12 bulan: Kotak ajaib

Cara: Masukkan beberapa benda kecil, seperti bola, bel, atau boneka, ke dalam kotak. Berikan kotak pada bayi Anda, lalu biarkan ia memeriksa isinya dan mengosongkannya. Selanjutnya, lihat apakah ia dapat menaruh kembali semua benda ke dalamnya.

Manfaat: Tanpa disadari, si kecil belajar untuk membunyikan bel dengan menggerakkan pergelangan tangannya, atau menjatuhkan bola saat membuka tangannya. Pada usia 9 bulan, Anda dapat melatihnya mengambil benda kecil dengan telunjuk dan ibu jarinya. Namun, jangan berikan benda atau mainan yang diameternya kurang dari 3 cm dan panjangnya kurang dari 2 cm.


Mendorong keterampilan berbahasa

Permainan ini akan membantu mengembangkan kemampuan bayi untuk berbagi informasi, mengekspresikan emosi, serta memperoleh pengertian dari orang dan lingkungan di sekitarnya.

* Bayi baru lahir - 3 bulan: Tanya jawab

Cara: Lakukan kontak mata dengan bayi Anda, lalu bertanyalah, “Di mana dagumu?” Tirulah suara menelan, lalu berseru, “Ini dia dagumu!” sambil menggelitik bawah dagunya. Ulangi untuk anggota tubuh yang lain. Jangan lupa. gunakan suara-suara dan ekspresi yang berlainan untuk masing-masing anggota tubuh.

Manfaat: Semakin banyak variasi, semakin mengasyikkan bagi si kecil. Walau belum mengerti apa yang Anda ucapkan, ia belajar nada suara dan struktur bahasa berupa tanya jawab dari suatu percakapan.

* Usia 4-7 bulan: Bermain musik

Cara: Pada usia 6 bulan, si kecil mulai dapat menyisipkan huruf-huruf konsonan pada ucapannya. Tirulah ucapannya, misalnya ba ba ba, da da da, atau ma ma ma, saat Anda bermain musik bersamanya. Letakkan sebuah drum, ember plastik, atau kaleng bertutup di atas lantai di hadapan Anda berdua. Bila perlu, beri si kecil alat bantu untuk memukul, seperti sendok kayu. Kalau si kecil tidak mau memukul apapun, ajak bertepuk tangan sambil ucapkan, “Ba ba ba.”

Manfaat: Dapat membantu mengembangkan keterampilan mendengarnya. Ia juga akan belajar menikmati irama dengan tempo yang berbeda-beda.

* Usia 8-12 bulan: Suara binatang

Cara: Letakkan 3 buah boneka binatang, misalnya anjing, bebek dan kucing, di atas lantai di hadapan Anda berdua. Nyanyikan lagu tentang binatang. Saat Anda menyebut nama seekor binatang, buatlah boneka binatang itu seolah-olah menari sambil Anda tiru suaranya. Lalu, tanyakan pada si kecil, “Yang mana bebek? Bagaimana suaranya?” Jangan cemas jika si kecil diam saja. Tunjukkan padanya dan perdengarkan kembali suaranya.

Manfaat: Kombinasi penglihatan dan pendengaran ini akan membuat bayi tertarik belajar berkata-kata. Secara bertahap, dia akan dapat merangkai kata-katanya sendiri.

Dewi Handajani

rame-rame....


Ayo, Kita Makan, Nak!

Makan adalah “pelajaran” baru bagi si kecil yang mulai mengenal makanan padat. Dan ternyata, banyak “keterampilan” yang harus ia kuasai dalam proses belajar ini.

Sejak usia enam bulan, susu bukan lagi satu-satunya makanan yang akan dikonsumsi bayi Anda. Tapi, Anda tidak bisa begitu saja alias langsung memberikan makanan apapun padanya. Sebab, “pelajaran” makan si kecil haruslah berlangsung secara bertahap.

Kapan ia siap makan?

Kemampuan bayi untuk makan makanan padat memang tidak sama. Sekalipun demikian, para ahli sepakat, umumnya kesiapan bayi untuk makan makanan padat pertamanya berkisar antara usia 6–8 bulan.

Meski begitu, jangan mentang-mentang usia si kecil sudah 6 bulan, lalu Anda langsung bersemangat “menjejalnya” dengan seabrek makanan padat. Hanya karena khawatir ia ketinggalan teman-teman seusianya! Umumnya, otot mulut bayi belum dapat mengunyah dan menelan makanan padat sampai usia 4–6 bulan. Makanya, jangan heran kalau lidah si 6 bulan Anda malah “mendorong” makanannya ke luar mulut mungilnya. Lihat-lihat dulu kemampuannya. Bila tidak, bisa-bisa urusan makan ini malah jadi runyam! Kalau sudah begini, apa yang bisa Anda lakukan?

Yang pasti, ketika memperkenalkan makanan padat, sistem pencernaan si kecil harus benar-benar “matang”. Pokoknya, sudah siap tempur untuk memproses berbagai jenis makanan baru yang masuk. Kalaupun Anda terlalu dini memperkenalkan makanan padat, bayi Anda malah lebih mudah terkena reaksi alergi Jadi, tenang-tenang saja dulu.

Jangan coba-coba ambil jalan pintas!

Harus diakui, bukan hal yang mudah jika si kecil Anda susah banget belajar mengunyah dan menelan makanannya. Sekalipun kepentok di sana-sini, jangan lantas ambil jalan pintas dengan cara memberi makanan padatnya melalui botol.

Tahukah Anda, cara pemberian makanan seperti ini nggak aman-aman amat! Malahan, ini dapat meningkatkan risiko si kecil tersedak. Kok, begitu? Ketika Anda memberi makanan melalui botol (biasanya lubang dot akan diperbesar), makanan tadi akan langsung ditelannya. Jika ia belum pintar-pintar mengontrolnya, bukan tak mungkin ia langsung tersedak.

Bahkan, tak jarang, cara pemberian makanan ini justru menjadi salah satu penyebab anak “terlalu banyak” makan. Ia jadi cepat sekali menelan makanannya. Saking cepatnya, sekalipun perutnya sudah kenyang, sinyal yang bertugas memberitahu kalau dia sudah kenyang “tidak sempat” sampai ke otak. Akibatnya, dia minta tambah terus dan terus. Wah, jadi repot lagi.

Selain itu, pemberian makanan lewat botol tidak akan mengajari si kecil menggunakan rahangnya untuk mengunyah. Padahal, proses belajar mengunyah dan juga menelan kelak penting untuk kemampuan bicaranya dan pertumbuhan giginya.

Belajar tidak berhenti di mulut saja

Proses belajar makan si kecil memang tidak berhenti sebatas mulut mungilnya saja. Ia masih harus belajar disiplin melalui tatacara makan yang sudah terpola waktunya. Misalnya, ketika didudukkan di kursi makannya atau dipasangkan celemek makannya, ia sudah tahu kalau “upacara” makan sudah tiba. Atau, ketika mencium harumnya aroma makanan yang sedang Anda siapkan, ia harus sabar menunggu. Tampaknya sepele memang, namun semua itu merupakan rangkaian dalam proses belajarnya.

Juga, ia akan belajar bahwa aktivitas ini bisa mempererat hubungannya dengan Anda, bunda tercintanya. Misalnya, melalui kontak mata ketika Anda mengajaknya berbicara ketika mempersiapkan makanan atau duduk dihadapannya, ia tahu kalau Anda sangat menyayanginya dan memberikan perhatian penuh. Akan lebih baik lagi, bila Anda selalu tersenyum ketika menyuapinya. Ketenangan Anda dan cara Anda memperlakukannya sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar makan si kecil.

Kesabaran untuk tidak terburu-buru ketika menyuapi, kepekaan mengetahui kondisi anak, kreativitas dalam memilihkan menu, serta menciptakan suasana makan yang menyenangkan merupakan kunci utama kesuksesan Anda dalam memberi makan pada si kecil. Siapkah Anda untuk itu?

Retno Wahab Supriyadi

sepupu arin...

Kakak salwa dan papa...

Aku Sehat karena Bunda

Selain sudah menerimanya sejak di dalam kandungan, si kecil juga mendapat antibodi dari ASI.

Mengajak bayi baru liburan? Bisa saja, asal Anda hati-hati, karena bayi baru lahir masih rentan terhadap segala jenis infeksi. Hal ini karena daya tahan tubuh mereka masih lemah.

Namun, bukan berarti mereka tidak memiliki daya tahan tubuh sama sekali, lho! Si kecil memiliki antibodi yang diterima melalui plasenta selama berada dalam kandungan ibunya, dan melalui air susu ibu (ASI) setelah mereka lahir. Antibodi adalah zat dalam darah manusia yang dapat membunuh atau melemahkan kuman penyakit dan racun-racun lain yang masuk ke dalam tubuh.

Kekebalan pasif

Antibodi yang disuplai plasenta kepada janin sepanjang trimester ketiga, menjadi modal bagi bayi selama 3 bulan pertama kehidupannya. Kekebalan ini disebut pasif, karena tidak dibuat sendiri oleh tubuh bayi.

Mengingat pembentukan antibodi dirangsang oleh antigen (misalnya, kuman penyakit dan racun-racun yang dihasilkannya) yang masuk ke dalam tubuh ibu, maka antibodi dalam tubuh si kecil dan ibu adalah antibodi terhadap kuman penyakit yang ada di lingkungan di mana ibunya tinggal atau tempat lain yang sering ia kunjungi. Itu sebabnya, bayi baru lahir sangat dianjurkan untuk seminimal mungkin disentuh atau berhubungan dengan orang asing. Saran ini pulalah yang sebaiknya diingat saat membawa bayi bepergian.

Perkecualian, bila janin mengalami infeksi dalam kandungan, misalnya Toksoplasma dan Rubela, ia sudah mulai bisa membentuk antibodi sendiri, yaitu Imunoglobulin M (Ig M). Jenis antibodi ini tidak didapat dari ibu, karena tidak dapat menembus plasenta.

Ayo, beri ASI!


Air susu ibu (ASI) merupakan sumber gizi yang sempurna bagi bayi. Selain itu, ASI juga kaya akan zat kekebalan tubuh. Penelitian telah membuktikan bahwa angka kesakitan dan kematian pada bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih rendah dibandingkan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif.

Bagaimana tidak? Sejak hari pertama sampai kurang lebih seminggu kemudian, keluar cairan bening berwarna kekuningan dari payudara yang dikenal dengan nama kolostrum atau susu jolong. Kolostrum ini kaya zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi yang disebabkan bakteri, virus maupun jamur.

Setelah itu, keluar ASI peralihan sampai hari ke-14, untuk kemudian dan seterusnya keluar ASI matang. Selain mengandung berbagai zat yang dibutuhkan tubuh si kecil dalam komposisi yang sempurna, ASI juga mengandung antara lain lg A (antimikroba/antikuman yang membunuh bakteri yang masuk ke dalam tubuh bayi).

Jadi, dengan mendapat kolostrum dan ASI, si kecil bisa mendapat tambahan perlindungan atau kekebalan pasif sampai ia mampu membentuk antibodi sendiri dengan kadar yang cukup pada usia di atas 3 bulan. Dengan begitu, bayi jadi jarang sakit sehingga pertumbuhan dan perkembangannya tentu akan lebih baik.

Laila Andaryani Hadis
Konsultasi ilmiah: dr. Zakiudin Munasir, SpA(K), Divisi Alergi-Imunologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Merangkak, Berdiri dan .... Berjalan

Sebuah Proses yang Luar Biasa!

Salah satu milestone perkembangan bayi yang memukau adalah saat-saat ia mulai merangkak. Dan, tanpa Anda sadari, tahu-tahu si kecil sudah bisa berjalan. Benarkah semuanya berlangsung kilat?

Berjalan adalah salah satu tonggak perkembangan motorik kasar yang penting bagi si kecil. Sementara Anda, sang orang tua, melihatnya sebagai momen yang membanggakan sekaligus mengharukan. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang melibatkan otot-otot besar. Nah, otot-otot ini diperlukan ketika ia duduk, merangkak, dan juga berjalan.

Usia 7–8 bulan: mulai merangkak sampai coba-coba berdiri

Di usia ini, biasanya si kecil lagi senang-senangnya mengangkat dan menurunkan bokong serta punggungnya. Ia juga mulai memamerkan kekuatan kedua kaki mungilnya. Begitu ditaruh di atas pangkuan, ia akan meloncat-loncat gembira dan menggoyang-goyangkan kakinya.

Selain itu, bayi Anda juga akan memperlihatkan kepandaiannya merangkak. Aktivitas ini paling banyak mendapat sorotan dari para orang tua. Sesudah puas merangkak, kepiawaiannyapun akan bertambah lagi. Di usia 8 bulan, si kecil mulai bisa mengangkat tubuhnya ke posisi berdiri. Biasanya ia akan menumpukan kedua tangannya pada meja, kursi atau perabot rumahtangga apapun yang bisa menahan berat badannya. Nah, latihan berdiri ini bukannya tanpa arti. Sebetulnya, bayi Anda sedang melatih perkembangan otot-otot kakinya.

Usia 9–10 bulan: gencar merambat dan “berjalan”

Memasuki usia 9 bulan, kepandaian si kecil dalam berdiri terus berlanjut. Bedanya, ia tidak melulu berdiri dengan bertumpu pada aneka perabot rumahtangga saja, melainkan sudah mulai merambat. Ingin tahu bagaimana caranya ?

Secara perlahan, kedua tangan bayi Anda akan bergeser ke samping. Nah, gerakan ini akan diikuti oleh “langkah” kedua kakinya. Tak usah cemas,bila ia jatuh ia pasti akan segera bangun lagi. Jatuh bangun adalah proses yang sangat wajar dialami bayi ketika mengasah keterampilan berjalan. Makanya, keamanan di sekitarnya harus terjaga dengan baik.

Yang pasti, di usia ini, kepandaian si kecil dalam belajar berjalan makin oke. Jika Anda memegang kedua tangannya, ia akan menapak dan mulai melangkah. Lama kelamaan otot-ototnya semakin terlatih dan ia makin semangat untuk menjajal kemampuannya berjalan.

Walaupun kian giat berlatih jalan, sesekali ia masih suka merangkak. Nggak apa-apa kok, ia kan juga butuh ‘ refreshing’.


Usia 11–12 bulan: beraksinya si tukang jalan

Pada usia ini, si kecil belajar berdiri dengan “cara” baru lagi. Dengan meluruskan tungkainya dari duduk, lalu mengangkat tubuhnya dengan bertumpu pada kedua tangannya. Maklum saja, otot lengan dan bahunya kan sudah makin kuat. Ia terlihat sangat bahagia karena bisa bolak-balik duduk, berdiri, dan duduk lagi. Begitu seterusnya...

Meski begitu, kepandaian yang paling menonjol sejak usia 11 bulan adalah ia sudah mampu berdiri sendiri dalam waktu sekitar 2 detik, tanpa bantuan apapun. Ini terjadi karena ia sudah pintar menjaga keseimbangan tubuh.

Nah, kepandaian si kecil tidak stop sampai di sini saja. Ia mulai mencoba melangkah. Dan, butuh waktu baginya untuk maju 2–3 langkah. Meski begitu, ia akan terus dan terus mencoba sampai akhirnya yakin betul kalau ia tidak akan terjatuh.

Memang, sebagian besar bayi usia 12 bulan telah siap berjalan. Walau begitu, kadang-kadang masih sedikit limbung. Mirip-mirip pemabuk yang sedang sempoyongan. Lama kelamaan, ia akan berhasil juga berjalan dengan tegak.

Boleh dibilang, berjalan dianggap sebagai salah satu tonggak bersejarah dalam perkembangan fisik anak. Bahkan, berjalan adalah puncak dari aktivitas motorik kasar dan tentu saja amat mengasyikkan bagi si kecil.

Bukan ukuran yang matematis...

Meski ada patokan usia perkembangan ini-itu, Anda jangan lantas terlalu kaku. Misalnya, usia 12 bulan, bayi Anda sudah harus berjalan. Bagaimanapun, setiap tahap perkembangan anak bisa saja berbeda-beda. Bisa jadi, si kecil sudah pintar berjalan pada usia 11 bulan. Atau, malahan ia baru bisa berjalan di usia 13 bulan.

Walaupun begitu, ada batasan usia bagi perkembangan motorik kasar anak. Misalnya saja, bila si buah hati Anda tak kunjung berjalan lewat usia 1,5 tahun, Anda sudah harus mulai curiga. Bukan tak mungkin, ada gangguan dalam perkembangannya. Makanya, memantau perkembangan si kecil plus punya Kartu Menuju Sehat is a must . Kartu ini berguna untuk memantau perkembangan motorik si kecil. Perkembangan motorik kasarnya terlambat atau sudah sesuai jadwal? Jika terlambat, secepatnya kunjungi dokter yang khusus menangani tumbuh kembang anak.

Laila Andaryani Hadis

Konsultasi ilmiah: dr. Rini Sekartini, Sp.A, Divisi Tumbuh Kembang Anak, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Sari Pisang Jeruk Usia (6-9) bulan

Si kecil bosan menu pisang campur bubur susu?
Aha! Ini dia pisang plus sari jeruk manis. Dia pasti suka.

Bahan:
200 g pisang ambon, potong-potong setebal 1 cm.
200 ml air jeruk manis
100 ml susu formula cair

Cara membuat:
- Masukkan pisang, air jeruk manis, dan susu formula ke dalam blender dan haluskan . Tuang ke dalam gelas bayi dan sajikan.

Untuk 2 porsi

Rusmalia B.Salman

Tumbuh Kembang Otak Bayi 0-6 bulan

Bagian-bagian utama otak bayi baru lahir sudah lengkap terbentuk. Kini, otaknya akan segera mengalami proses pematangan yang perlu ditunjang dengan pemenuhan zat-zat gizi yang tepat.

Otak merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai pusat kontrol dan kendali atas semua sistem di dalam tubuh. Otak yang juga merupakan pusat kecerdasan atau pusat kemampuan berpikir ini mulai dibentuk selang beberapa saat setelah terjadinya konsepsi (proses peleburan inti sel telur dan inti sel sperma).

Dalam perkembangan otak, ada periode yang dikenal sebagai periode pacu tumbuh otak ( brain growth spurt ). Yaitu saat dimana otak berkembang sangat cepat. Pada manusia, periode pacu tumbuh otak pertama dimulai ketika usia kehamilan ibu memasuki trimester ketiga. Periode pacu tumbuh otak kedua terjadi setelah si keci lahir hingga ia berusia dua tahun. Multiplikasi sel terjadi pada masa janin. Sedangkan sejak lahir hingga usia dua tahun adalah saat neuron (sel saraf) di korteks otak membentuk sinaps (hubungan antara sel saraf) yang sangat banyak. Jadi, di masa multiplikasi dan pembentukan sinaps ini, otak harus mendapat prioritas utama dalam hal pemenuhan zat-zat gizi sebagai bahan-bahan pembentukannya.

Tumbuh kembang otak

Secara keseluruhan, otak si kecil saat lahir sudah terbagi menjadi empat bagian utama, yakni batang otak ( brainstem ), otak kecil ( serebelum ), otak besar ( serebrum) dan diensefalon. Berat otak bayi saat ini sudah mencapai 25% berat otak orang dewasa, atau sekitar 350-400 gram. Ketika usianya enam bulan, berat otak bayi hampir 50% dari berat otak orang dewasa.
Di dalam otak bayi baru lahir sudah terdapat kurang-lebih 100 milyar sel saraf (neuron). Sel saraf ini terdiri dari 3 bagian utama, yaitu:

- Badan sel saraf yang bentuknya menyerupai bintang. Di dalamnya, antara lain, terdapat inti sel saraf. Ujung-ujung dari badan sel yang menjulur ini merupakan bagian yang menghubungkannya dengan ujung-ujung dari badan sel saraf yang lain, sehingga membentuk suatu jalinan yang sangat kompleks.

- Dendrit merupakan perpanjangan dari ujung-ujung badan sel. Sebuah sel saraf bisa memiliki sekitar 200 dendrit.

- Akson yang bentuknya memanjang, sehingga menyerupai tangkai dari sel saraf. Sebagian besar akson dilindungi oleh semacam selaput dari lemak, yaitu yang dikenal sebagai mielin. Proses pembentukan selaput pelindung pada akson ini disebut sebagai mielinasi.

Saat si kecil baru lahir hingga usianya mencapai enam bulan, sel-sel sarafnya belum seluruhnya mencapai tingkat perkembangan yang “matang”. Sel saraf dapat dikatakan mencapai tingkat kematangan, antara lain, apabila sudah terbentuk akson pada setiap bagian tubuh. Setiap kali terbentuk akson baru, maka akan terbentuk pula sinaps (simpul saraf, hubungan antara sel saraf) yang memungkinkan terjadinya “komunikasi” antara setiap bagian tubuh dengan otak. Itu sebabnya, si kecil masih belum terampil mengontrol gerakan anggota tubuhnya.

Selain sel saraf, di dalam otak dan sistem saraf pusat terrdapat sel glia. Sel ini bertugas melindungi, memberi dukungan dan juga memberi makan kepada sel saraf. Caranya, dengan mengalirkan kebutuhan zat gizi yang diperlukan. Dengan demikian, proses tumbuh kembang sel saraf berjalan dengan baik dan dapat berfungsi menghantarkan pesan (perintah).

Otak, yang setiap menit membutuhkan darah sebanyak 150 ml ini, mencapai tahap perkembangan yang berbeda-beda setiap bagiannya. Misalnya, bagian otak yang mengontrol sistem pendengaran sudah mulai berkembang sejak janin berusia 28 minggu. Sedangkan bagian otak yang mengatur sistem penglihatan baru berkembang setelah bayi lahir.

Laju perkembangan otak si kecil tidak secara langsung ditunjukkan oleh pertambahan volume otak. Namun, pada umumnya perkembangan otak dikaitkan dengan kecerdasan. Dan, kecerdasan itu sendiri seringkali dikaitkan dengan volume otak. Ukuran serta bentuk kepala dianggap dapat menggambarkan besarnya otak yang terdapat di dalamnya. Pada kenyataannya, ada banyak sekali faktor yang ikut menentukan tingkat kecerdasan seseorang, selain volume otaknya.

Sphingomyelin dan Proses Mielinasi

Sejumlah akson dari sel saraf dilindungi oleh suatu lapisan lemak yang dikenal sebagai mielin. Komponen utamanya adalah sphingomyelin dan metabolit sphingolipid lain (seperti cerebroside , sulfatide dan ganglioside ). Mielin yang melindungi sebuah akson bisa terdiri dari 100 lapisan.

Mielin bekerja sebagai insulator untuk impuls saraf. Zat ini juga mengontrol saltatory mode of conduction (penghantaran impuls yang berloncat-loncat) pada kecepatan tinggi melalui Nodes of Ranvier (akson yang tidak terlindungi mielin). Penghantaran impuls semacam ini adalah proses yang cepat. Dan, akson bermielin menghantarkan impuls 50 kali lebih cepat daripada akson tak bermielin yang paling cepat.

Dewasa ini telah dipelajari bahwa sphingomyelin , salah satu jenis fosfolipid yang terkandung dalam makanan dan ASI, memainkan peran penting dalam proses mielinasi sistem saraf pusat. Mielinasi sistem saraf pusat manusia dimulai ketika usia kehamilan 12-14 minggu pada bagian spinal cord, dan berlanjut hingga usia 30 tahun pada bagian cerebral cortex . Namun, perubahan paling cepat dan dramatis terjadi di antara pertengahan kehamilan dan diakhir tahun kedua setelah kelahiran.

Berbeda dengan jenis fosfolipid yang lain, sphingomyelin tidak mengandung gliserol, melainkan ceramide. Karena semua sphingolipid dibuat dari ceramide , maka sphingomyelin dapat diklasifikasikan juga sebagai sphingolipid (Jumpsen & Clandinin, 1995). Ceramide inilah selanjutnya yang akan membentuk cerebroside , yaitu suatu marker universal myelinasi (pembentukan mielin) di dalam otak, dengan bantuan enzim UDP galactosytransferase . Mielin sistem saraf pusat mempunyai kandungan cerebroside yang tinggi dibandingkan dengan jaringan lainnya.

Studi terkini menunjukkan bahwa aktivitas enzim serine palmitoyltransferse (SPT) meningkat secara bertahap dari minggu ketiga sebelum kelahiran ( prenatal ) hingga minggu ketiga setelah kelahiran ( postnatal ) pada sistem saraf pusat tikus. Ketika mielinasi mulai berlangsung pada periode tersebut, diyakini bahwa aktivitas SPT yang bertambah sedikit demi sedikit merupakan faktor utama yang terlibat di dalam mielinasi.

Oshida et.al. dalam tulisannya Effects of dietary sphingomyelin on central nervous system myelination in developing rats. Pediatr. Res 53: 589-593 (2003) memberikan hipotesis bahwa cerebroside di mielin sistem saraf pusat dari tikus yang sedang berkembang otaknya kemungkinan terutama diperoleh dari sphingomyelin yang terkandung di dalam susu, yang dapat diubah menjadi ceramide dan kemudian cerebroside . Selanjutnya, mereka membutktikan bahwa cerebroside di mielin sistem saraf pusat, terutama diperoleh dari sphingomyelin diet (asupan luar) dengan kondisi eksperimental aktivitas SPT yang rendah, sehingga sphingomyelin diet memainkan peran yang penting dalam mielinasi sistem saraf pusat.

Jadi, berbeda dengan AA dan DHA yang berperan dalam pertumbuhan membran sel saraf dan pengaturan neurotransmitter, sphingomyelin berperan dalam proses mielinasi akson untukk membantu kinerja sel saraf dalam transmisi impuls saraf. Menurut Dr. Arthur R. Jensen, ahli saraf dari Fakultas Ilmu Pendidikan Kedokteran di University of California, Amerika Serikat, kecepatan penghantaran pesan oleh sel-sel saraf seseorang merupakan salah satu faktor yang menunjukkan tingkat kecerdasannya.

Kebutuhan gizi

Bila melihat periode pacu tumbuh otak, maka sebagian besar percepatan tumbuh otak justru terjadi setelah si kecil lahir. Mulai saat itu, pemenuhan kebutuhan zat gizi dilakukan melalui pemberian ASI secara tunggal (ASI eksklusif) sejak hari pertamanya hingga usia enam bulan. Perlu diketahui, komposisi zat gizi di dalam ASI demikian sempurna untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai tahapan tumbuh kembang bayi, bahkan untuk bayi yang lahir prematur sekali pun.

Secara alami, ASI mengandung zat-zat gizi yang secara khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak. Zat-zat gizi tersebut antara lain:

- Asam lemak esensial

ASI merupakan sumber asam lemak esensial (asam lemak yang harus dipenuhi kebutuhannya dari luar tubuh) , yaitu asam linoleat dan asam alfa-linolenat. Kedua asam lemak esensial ini di dalam tubuh bayi diubah menjadi DHA (asam dokosaheksanoat) dan AA (asam arakhidonat).

Perlu diketahui, lipid (lemak) di dalam ASI terutama terdapat dalam bentuk trigeliserida (98-99%). Sedangkan sisanya, sebanyak 1-2%, adalah fosfolipid dan kolesterol. Komposisi dan kandungan lipid ASI sangat bervariasi bergantung dari tahapan laktasi dan asupan diet ibu. Lipid di dalam ASI berfungsi sebagai sumber energi. Selain itu, sebagian kecil lipid (lipid minor) berfungsi sebagai mikronutrien yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otak. Lipid sebagai mikronutrien terutama terdapat dalam bentuk fosfolipid.

Fosfolipid ASI merupakan sumber asam lemak tidak jenuh rantai panjang ( long chain polyunsaturated fatty acid , LCPUFA), terutama AA dan DHA. Kandungan fosfolipid ASI bervariasi sekitar 20-38 mg/100 ml, tergantung pada tahapan laktasi. Di dalam ASI, fosfolipid terdiri dari beberapa fraksi, berturut-turut dari yang paling dominan adalah: 1) sphingomyelin, 2) fosfatidylkolin, 3) fosfatidylethanolamin, 4) fosfatidylserin, dan 5) fosfatidylinositol.

Menurut Gopalan dalam tulisannya Essential FA in Maternal and Infant Nutrition In Symposium “EFA and Human Nutrition and Health International Conference” in Shanghai, Cina (2002), mengatakan LCPUFA merupakan komponen yang esensial selama periode perinatal, karena fetus dan bayi baru lahir tidak dapat mensintesis sejumlah AA dan DHA yang mencukupi dari prekursornya. Padahal, pada saat lahir dan masa awal kehidupan telah dihasilkan kurang lebih 6-10 ribu hubungan sinaps antar sel syaraf. Materi dasar untuk terbentuknya sinaps ini adalah adanya asam lemak esensial di dalam ASI. Oleh karena itu, perkembangan mental dan kecerdasan bergantung pada kecukupan suplai asam lemak esensial dan LCPUFA pada tahap-tahap krusial tersebut.

Apabila tubuh bayi mendapat DHA dalam jumlah yang mencukupi melalui ASI ibunya, maka proses pembentukan otak serta pematangan sel-sel saraf di dalam otaknya akan berjalan dengan baik. Semua proses itu terjadi pada waktu bayi tidur nyenyak.

Penelitian tentang hal tersebut telah dilakukan di University of Brisbane, Australia dengan memakan waktu 21 tahun dan melibatkan 3880 bayi. Hasil sementara dari penelitian ini yang dipublikasikan di United States Based Journal of Pediatrics and Child Health tahun 2001 lalu menunjukkan bahwa zat-zat gizI yang terkandung di dalam ASI membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi, sehingga terhindar dari serangan penyakit-penyakit infeksi.

Dengan demikian, proses tumbuh kembang dapat berjalan dengan baik. Selain itu, kedekatan dan hubungan batin yang terjalin kuat antara ibu dan bayi ketika memberi ASI merangsang perkembangan kemampuan kognitif bayi. Sedangkan kadar DHA di dalam ASI yang sesuai dengan kebutuhan tubuh bayi, memungkinkan proses plastisitas (proses pembentukan hubungan baru di antara sel-sel saraf) berjalan dengan optimal. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan kecerdasan berbahasa yang baik serta IQ ( Intelegence Quotient ) yang tinggi.

- Protein

Komponen dasar dari protein, yakni asam amino, terutama berfungsi sebagai pembentuk struktur otak. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu taurin, triptofan, dan fenilalanin merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atau penyampaipesan ( neurotransmitter ). Di dalam ASI terkandung protein sekitar 1,2 gram per 100 ml.

- Vitamin B kompleks

Beberapa jenis vitamin B yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang otak adalah ,vitamin B1, vitamin B6, dan asam folat (vitamin B9). Bila kebutuhannya tidak terpenuhi, maka akan timbul gangguan terhadap pertumbuhan dan fungsi otak dan sistem saraf.


- Kholin

Senyawa ini merupakan pembentuk sejenis neurotransmitter yang disebut asetilkolin. Kholin juga merupakan bagian dari lesitin, yaitu suatu fosfolipid yang banyak terdapat di otak sebagai pembentuk membran (dinding) sel saraf.

- Yodium, zat besi, dan zat seng

Yodium dibutuhkan untuk pembentukan hormon tiroksin (sejenis hormon yang diperlukan dalam pembentukan protein yang membantu proses tumbuh kembang otak). Zat besi dibutuhkan dalam proses pembentukan mielin. Zat besi disimpan di dalam berbagai jaringan otak selama 12 bulan pertama sejak bayi lahir. Seng merupakan bagian darai sekitar 300 jenis enzim yang membantu pembelahan sel. Kekurangan zat seng di dalam otak dapat menyebabkan gangguan fungsi otak yang disebut ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder).

Agar ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh si kecil selama masa pemberian ASI eksklusif enam bulan, maka ibu harus mengkonsumsi makanan bergizi seimbang setiap hari. Ibu perlu menkonsumsi makanan-makanan yang kaya protein. Misalnya, ikan, daging, telur, tempe, tahu, dan susu skim. Ibu juga perlu makan lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan.

Jika selama masa menyusui ibu tidak mendapatkan gizi yang diperlukan, persediaan zat-zat gizi dalam tubuhnya akan habis dipergunakan untuk memproduksi ASI. Akibatnya, selain kesehatan ibu terganggu, ASI-nya juga tidak akan cukup banyak. Kualitas ASI-nya pun tidak akan cukup baik, dan jangka waktu ibu untuk memproduksi ASI pun menjadi relatif singkat.

Dewi Handajani

Pesantren Ramadhan 1429H



Kakak Salwa ikut Pesantren Ramadhan di Masjid Asy Syuhada
Semoga jadi anak yg sholehah ya....

Kakak Salwa Out Bound

Kakak Salwa waktu naik kereta...



Kakak koq megang perut sih....?
Sakit perut ya...??

Foto- foto kakak salwa di Fantasy Island



Kakak Salwa di depan Kampung China Kota WWisata

Selamat Datang

Selamat datang di blog arin...
Ini adalah percobaan aku membuat blog sendiri.
Kalo blognya kurang bagus dimaklumi aja ya...